Gaming sungguh bagai dua sisi mata pisau. Menyenangkan sekaligus menyesatkan. Memberi kepuasan namun menimbulkan ketergantungan. Susah payah lepas dari "kemelekatan" terhadap games Facebook, sekarang malah "terjerumus" dalam lembah mobile game. Yak, semua berkat Android, khususnya Samsung Galaxy series. Ehm, tepatnya Galaxy Note nan memikat si Kamu yang siap dibajak.
Cerita perkenalan pertama gue dengan game mobile sudah beberapa tahun lalu, melalui gadget pinjaman, Ipad sepupu. Itu pun mainnya kalo lagi pergi sama si Pichan. Ngeliatin dia main, trus minta gantian. Kalo pergi sendiri, ga main *ga kepikiran mau main apa. Jadi, frekuensi main bisa dibilang sangat jarang.
Frekuensi main kian meningkat sejak Pichan punya Galaxy Tab. Hasil ngekompor si Kamu waktu Pichan mau beli ponsel baru. Sejak itu, berhubung sering liatin Pichan main, keinginan main pun kian tinggi. Makin sering liat, makin sering minjam. Karena Pichan pelit, jadi masih jarang main.
Kasian melihat gue yang mupeng main tapi (kadang) ga dipinjemin Pichan, si Kamu beli Galaxy Notes. Ga 100% alasannya karena gue, tapi tujuan mulia tersebut, biar gue bisa main, sungguh ada *terharu
Sejak itu, sisi lain si mata pisau gaming makin terasa. Setelah ada gadget yang bisa dibajak tiap malam dan akhir pekan, acara main "sesekali" berubah jadi kemelekatan serta ketagihan. Makin hari makin parah. Sekarang malah kepikiran pengen punya sendiri biar bisa main kalo si Kamu lagi kerja.
Sungguh bukan pemikiran yang bijak. Tapi beneran susah menghapusnya dari benak. Bersyukur masi bisa bertahan sampai saat ini.
Kalo bukan karena masi ada beberapa cicilan yang belum tuntas, hemm.. Apalagi dengan siraman minyak dari si Kamu "berguna kog, bisa untuk nunjukin gambar sample ke klien". Padahal gue yakin dia cuma ga mau jatah main dia makin terjajah aja. Ckckck. Barang baru gitu lho. Pasti dia juga belum puas ngutak-ngatik.
Sebelum melebar ke berbagai keyakinan lebaran dari pembahasan mobile games, mari kita sudahi. Akhir kata, buat yang belum memulai, pikir-pikir lagi yah. Kerugian yang sudah pasti, waktu dan materi.
-Ling-
Cerita perkenalan pertama gue dengan game mobile sudah beberapa tahun lalu, melalui gadget pinjaman, Ipad sepupu. Itu pun mainnya kalo lagi pergi sama si Pichan. Ngeliatin dia main, trus minta gantian. Kalo pergi sendiri, ga main *ga kepikiran mau main apa. Jadi, frekuensi main bisa dibilang sangat jarang.
Frekuensi main kian meningkat sejak Pichan punya Galaxy Tab. Hasil ngekompor si Kamu waktu Pichan mau beli ponsel baru. Sejak itu, berhubung sering liatin Pichan main, keinginan main pun kian tinggi. Makin sering liat, makin sering minjam. Karena Pichan pelit, jadi masih jarang main.
Kasian melihat gue yang mupeng main tapi (kadang) ga dipinjemin Pichan, si Kamu beli Galaxy Notes. Ga 100% alasannya karena gue, tapi tujuan mulia tersebut, biar gue bisa main, sungguh ada *terharu
Sejak itu, sisi lain si mata pisau gaming makin terasa. Setelah ada gadget yang bisa dibajak tiap malam dan akhir pekan, acara main "sesekali" berubah jadi kemelekatan serta ketagihan. Makin hari makin parah. Sekarang malah kepikiran pengen punya sendiri biar bisa main kalo si Kamu lagi kerja.
Sungguh bukan pemikiran yang bijak. Tapi beneran susah menghapusnya dari benak. Bersyukur masi bisa bertahan sampai saat ini.
Kalo bukan karena masi ada beberapa cicilan yang belum tuntas, hemm.. Apalagi dengan siraman minyak dari si Kamu "berguna kog, bisa untuk nunjukin gambar sample ke klien". Padahal gue yakin dia cuma ga mau jatah main dia makin terjajah aja. Ckckck. Barang baru gitu lho. Pasti dia juga belum puas ngutak-ngatik.
Sebelum melebar ke berbagai keyakinan lebaran dari pembahasan mobile games, mari kita sudahi. Akhir kata, buat yang belum memulai, pikir-pikir lagi yah. Kerugian yang sudah pasti, waktu dan materi.
-Ling-