My Favorite
Favorite Place. Favorite Man.
Kunjungan Pertama
Kunjungan pertama ke negeri Singa. Bosan dengan Merlion, bergaya dengan latar landmark lainnya.
Lost in Peace
Hoka-hoka Bento: Agenda 2013
Hoka-hoka Bento's 2012 agenda introduce us to Kokeshi, a popular dolls originate from Tohoku, northern Japan. In this upcoming year, we will learn another Japanese's culture, Kabuki.
Kabuki is Japanese's traditional theatre, where its actors wear a super thick makeup while on stage. Each actor will have a different makeup and costume according to their role.
In reality, I think all of us are not much different then those characters played by the Kabuki actors. We also have a "thick makeup" on our face and playing our role on our daily life.
Simple sample. We play a "smart and hard worker" role at our job interview. Hiding the "ugly and bad tempered" part of us at our date. We hide our true self behind those makeup, and reveal it only for who are close to us.
Hmmm, seems that the first version of "don't judge the book by its cover" might be "don't judge people by their face" :P
-Ling-
Kuala Lumpur: Keywords
Membekali diri dengan informasi seputar lokasi tujuan merupakan salah satu poin yang penting. Karenanya, sebelum menginjakan kaki di KL, ada baiknya berkenalan dengan beberapa "kosakata" berikut yang akan memudahkan perjalanan.
KLIA. Nama panjangnya, Kuala Lumpur International Airport. Tempat mendarat para pengunjung KL. Ibaratnya Soekarno-Hatta-nya KL lah. Tak bisa bercerita banyak tentang KLIA, soalnya belum menginjakan kaki langsung.
LCCT. Kepanjangannya, Low Cost Carrier Terminal. Bandara khusus bagi pendaratan pesawat murah aka budget airlines. Contoh, Airasia dan Mandala. Meski dikhususkan untuk penerbangan murah, bandara ini tetap nyaman. Yang penting bisa menjalankan fungsinya dengan baik serta mengakomidasi wisatawan budget seperti kami.
KL Sentral. Pusat transportasi yang menghubungkan Kuala Lumpur ke-mana-mana. Dari antar kota sampai antar negara. Bus atau kereta dari dan ke bandara juga naik-turun di KL Sentral ini. Jadi, wajib kudu dan harus mengetahui kata dan lokasinya. Oh yah, jangan ketukar sama KLCC, ini adalah dua lokasi yang berbeda.
KLCC. Nama panjangnya Kuala Lumpur Convention Centre. Kode yang perlu diingat bagi yang mau mengunjungi landmark Kuala Lumpur, Petronas Twin Tower.
GoKL Bus. Bus gratisan yang memungkinkan kita mengitari tempat wisata di pusat kota KL. Ada dua jalur, Ungu dan Hijau (baca: Purple line dan Green line).
PS, not only the ride, you can also enjoy free wifi! ;)
Bukit Bintang. Salah satu kawasan tujuan wisata favorit. Berjaya Times Square, Lot 10, Pavilion, Sungei Wang Plaza, dan deretan pusat perbelanjaan lainnya siap menguras kocek. Laki-perempuan, silahkan berpetualang sesuai dengan kesukaan masing-masing.
-Ling-
Paspor Online. Limited Service
Senang sekali ketika ditjen imigrasi meluncurkan layanan "permohonan paspor online". Apalagi setelah merasakan sendiri kemudahan yang ditawarkan ketika mengurus perpanjangan paspor sendiri pada akhir tahun lalu. Efisiensi bagi pemohon mau pun pihak ditjen.
Hemat waktu dan biaya buat pemohon, tenaga dan biaya bagi pihak imigrasi (petugas imigrasi tidak perlu lagi scan dokumen, udah langsung mendapatkan data digital tanpa mengeluarkan biaya tambahan). Dan, layanan birokrasi yang ringkas ini dipastikan meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat terhadap ditjen imigrasi. Terlebih bagi mereka yang sudah merasakan langsung, termasuk gue.
Dengan adanya sistem baru ini, gue sangat yakin kejatuhan era calo di kantor imigrasi hanya lah masalah waktu saja. Siapa yang mau menggunakan jasa calo jika sudah ada sistem birokrasi yang jelas? Hemat biaya pula. Namun, hari ini, gue dikecewakan oleh birokrasi layanan publik yang gue anggap paling rapi dan "bersih". Tadinya gue kira, seiring semakin majunya tehnologi komunikasi, cita-cita ditjen adalah melayani lebih banyak pemohon online. Eh, ternyata layanan permohonan paspor online yang "membela" kepentingan warga malah dibatasi.
Kini, hanya 100 permohonan paspor online yang akan dilayani oleh satu kantor imigrasi setiap harinya. Jadi, semua pemohon yang sudah mengajukan permohonan paspor online harus datang sepagi mungkin ke kantor imigrasi agar bisa dilayani pada hari yang sama. Jika kuota sudah lewat, tak peduli walau waktu masih menunjukan pukul sepuluh atau bahkan sembilan pagi, pemohon harus mengirimkan ulang permohonan paspor online dan datang kembali esok hari.
Hal yang paling mengecewakan dari kebijakan ini adalah, pada "tanda terima pra permohonan" hanya tertera keterangan diminta hadir pada jam 08.00 s/d 11.00. Tidak ada keterangan sama sekali bahwa hanya 100 pemohon pertama yang akan dilayani.
Suatu terobosan yang bisa "lebih melayani" (kualitas) pastinya akan menghadapi situasi "melayani lebih" (kuantitas) ketika makin dikenal luas oleh masyarakat. Apalagi jika terobosan tersebut memberikan dampak yang cukup signifikan. Tapi, ketika terobosan tersebut sudah dikenal luas, apakah tak ada solusi lain yang bisa ditawarkan selain mengurangi kualitas?
Kebijakan pembatasan kuota yang dipilih seakan menyirami rumput yang mulai kering. Bagai kembali memberi celah kepada para calo untuk "melayani" pemohon yang akhirnya nyerah setelah lelah berebut nomor antrian. *Eh, kog jadinya seperti mengarahkan warga untuk memilih jalur konvensional yah? Hmmm..
Seratus, meski bukan jumlah yang sedikit, namun tidak bisa dikatakan banyak. Total warga DKI menurut sensus 2010 saja ada 9.607.787 jiwa *sumber: wikipedia.org. Entah berapa pemohon yang mengajukan permohonan paspor online setiap harinya. Tadi ketika daftar ulang untuk tiga nama pada jam 11an, dalam 30 menit, selisih nomor tanda terima pertama dan ketiga adalah 27.
Berikut ini apa yang terlintas di kepala gue ketika "ditolak" oleh petugas imigrasi Jakarta Barat karena kuota habis.
Kog jadi ribet gini yah?Ada tambahan lain?!
100 orang per hari, kudu rebutan nomor antrian tiap pagi kah?
Kembali lagi ke masa 'bikin paspor itu ribet dan repot'. Terkesan seperti mengkampanyekan pen-calo-an ga seh?!
-Ling-
Kangkung cah Tauco
Kangkung cah Tauco
Bahan:
2 siung Bawang putih, potong kecil
1 cabe hijau, potong memanjang
1 sdm tauco
1 ikat kangkung
Cara:
Ongseng bawang putih, masukan cabe, masukan tauco, masukan kangkung dan sedikit air. Tunggu matang. Siap dimakan! :D
-Ling-
Pengantin Sewaan
Dan, si mama berulangkali berkomentar kalo si pengantin perempuan keliatannya beda banget. Karena sebelumnya belum pernah berpapasan, jadinya gue ga bisa membandingkan dan berkomentar banyak.
Tanpa menemukan penyebab kejanggalan, kami meninggalkan lokasi, beranjak menuju resepsi lainnya. Hari itu kami mendapat undangan dari dua pasang pengantin yang berbahagia.
Sore ini, jawaban (sangat) tak terduga menjawab apa yang dirasa. Ternyata, pengantin perempuan yang berdiri di pelaminan waktu itu bukan lah pengantin "asli". Ia adalah seorang Pengantin Sewaan!
Cerita tentang "Pacar Sewaan" di China aja udah cukup menghebohkan masyarakat. Itu pun masih dalam drama televisi. Ternyata masyarakat dalam lingkungan terdekat malah ada yang tak kalah heboh. Di drama hanya pacar, depan rumah malah sewa pengantin.
Tak paham apa yang melatarbelakangi keputusan si lelaki sampai akhirnya menyewa pengantin. Malu karena undangan sudah tersebar? Tapi, malu mana saat kenyataan terkuak? Tak mungkin masalah seperti ini bisa tertutup lama.
Atau jangan-jangan karena ga mau rugi udah membayar panjar? Jadi, sekalian aja dilanjutkan dengan harapan dapat tambahan dari "angpao" yang terkumpul. Jika benar demikian, sungguh terlalu.
Konon, tak hanya tamu yang tertipu dengan pernikahan palsu. Sang Ayah pun tak tahu sampai menit-menit terakhir. Entah modus apa yang melandasi, tapi ini pastinya terlalu.
Kisah pernikahan anak tetangga ini memang wah sejak perencanaannya yang terkesan mendadak. Seperti dugaan pertama yang terlintas dalam pikiran jika mendengar kata nikah dadakan, si calon pengantin perempuan udah isi duluan.
Meski dalam posisi "terdesak" pun dia memutuskan untuk membatalkan pernikahannya padahal segala sesuatunya sudah dipersiapkan. Tak terbayang betapa kecewanya si perempuan dengan si lelaki yang katanya menghabiskan uang gaji di meja judi.
Mungkin ia memutuskan untuk sakit sekalian di awal, ketimbang harus menjalani hidup dengan penjudi yang dijamin akan menderita perlahan dan pasti. Menerima kenyataan sebagai menjalani konsekuensi dari kegagalan "menjaga diri".
Semoga keputusan yang telah diambil merupakan yang terbaik bagi si perempuan, lelaki dan anak yang akan lahir nanti.
Btw, bagaimana yah kira-kira perhitungan si pemberi jasa sewa-menyewa pengantin ini? All in dengan orangtua ataukah disewa secara terpisah!? Eh, sewa-menyewanya ga sampai acara bulan madu kan yah?!?
Sabbe satta bhavanthu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
-Ling-
Sale!: Micro SD 16 GB
For Sale!
Mari tambah kapasitas memory gadget kamu dengan Micro SD 16 GB Kingston! Makin banyak foto, lagu atau pun video yang bisa tersimpan.
Langsung komen atau kirim email ke: ling @lingism .com *tanpa spasi ;)
PS: Jualan beneran! No Joke ^^
-Ling-
Bukan Kepompong
Sekilas keliatannya geli-geli gimana gitu. Keliatan ga kalo yang putih-putih itu seperti benang panjang yang dililitkan?
Secara rasa, luarnya manis dalamnya rasa kacang. Sekali gigit, pengen nambah lagi ^^
-Ling-
Genting Tak Jadi
Dari cerita "kamar sebelah" kami pun berencana untuk sampai sepagi mungkin di stasiun bus lalu membeli tiket untuk menuju Genting.
Entah apa yang tersangkut di otak, tulisan KL Sentral - LCCT di brosur terbaca KLCC - LCCT. Jadi, stasiun bus yang kami tuju pun "pindah" ke KLCC. Alhasil nyasar!
Bermodalkan bahasa Upin-Ipin setengah jadi, dengan pedenya gue bertanya ke seorang "akak" yang sedang menunggu bus. Inti pertanyaannya, "tempat naik bus untuk ke Genting di sisi mana?".
Bagus begitu sampai KLCC kami tidak langsung mencari lokasi pangkalan bus tempat kami turun pada malam sebelumnya. Jawaban yang didapat cukup membuat kami sadar bahwa kami menuju "pusat" yang salah. (KLCC = Kuala Lumpur Convention Centre. Sentral = pusat = centre).
Tak sulit untuk mencapai KL Sentral dari KLCC. Keduanya berada pada jalur Pink, Kelana Jaya. Tapi, "kesasar" babak dua dimulai ketika kami mencari loket penjualan tiket bus KL Sentral - Genting.
Sepertinya ada yang salah dengan proses penyerapan informasi di hari itu. Kami baru menemukan loket dengan tulisan "Resort World Genting" setelah 3x bertanya. Padahal loket yang dicari masih dalam bangunan yang sama dengan stasiun KL Sentral tempat kami turun MRT.
Tiba di depan loket sekitar jam sembilan, tiket yang dijual untuk keberangkatan 11.30. Begitu selesai membayar, diinformasikan kalo cable car sedang maintenance, perjalanan akan dilanjutkan dengan bus. Langsung malas mendengarnya.
Perjalanan KL Sentral - Genting memakan waktu sekitar dua jam. Kata "internet" untuk naik keatas kalo bus butuh satu jam. Langsung lemes setelah konfirmasi ke si penjaga loket. Jawabannya sama.
Total waktu sekali jalan tiga jam. Sedangkan bus terakhir dari Genting 7.30, belum dikurangin satu jam untuk turun. Waktu tersisa hanya empat jam untuk berkeliling. Mana puas!?!
Dilema pun melanda meski tiket udah di tangan. Keinginan untuk mengunjungi vs waktu mepet + cable car tak beroperasi.
Sambil berpikir, kami mencari loket bus KL Sentral - LCCT. Ceritanya untuk mempermudah ketika nanti mau menuju bandara. Kejutan untuk kita semua, kami kembali berputar-putar alias nyasar. Plang yang ada bukannya membantu malah jadi bikin bingung. Yah, kalo diingat-ingat ini karena disekitar loket sedang dalam perbaikan. Jadinya beberapa sisi terlihat tidak meyakinkan dan kami simpulkan sebagai "bukan di sana" dan berputar mencari di sisi lain bangunan.
Waktu yang tadinya banyak, terpakai dengan sangat cepat selama kami mencari lokasi loket. Tenaga pun cukup terkuras. Lalu, waktunya makan! :D
Selesai makan, meski masih ragu mau pergi atau tidak, kami mecari lokasi untuk naik bus. Dan, sekali lagi, kami tidak bisa menemukannya sebelum kembali bertanya. "Hidup bertanya!"
Sampai di lokasi jam 11 kurang. Nunggu-nunggu belum ada tanda-tanda mau berangkat. Teringat perjalanan 2 jam + 1 jam, diputuskan untuk ke toilet dulu.
Apa yang terjadi kemudian? Toilet rame banget! Udah gitu airnya pada mati. Alhasil, tiba kembali di tempat naik bus, bus udah mau jalan.
Ketika mau naik, dicegat sama yang jaga. Katanya "harus ada 10 menit sebelum keberangkatan". Karena uda lewat dari waktu yang diminta, jadi seat dia jual lagi ke orang lain. Di suruh nunggu untuk naik bus selanjutnya, pukul 12.00. Udah gitu, itu pun kalo ada seat. Kalo ga ada ga bisa naik. Bagus!!
Peraturannya keren banget dah. Terus ketika liat lagi tiketnya, yang tertera itu "please wait 10 minute before departure". Ternyata di Malaysia, "please" = "harus". Udah gitu dengan bangganya tuh penjaga menyebut kata seat dia jual ke penumpang lainnya. Ckckck
Ya udah lah yah, RM 4.5 x 2 doang. Mana emang udah ragu sejak tiket di tangan. Back up plan, Ikea! :D
Leaving Malaysia without visiting Genting, give us a reason to come back ^o^
Agar tak ada yang bernasib sama dengan kami lagi, berikut cara menuju loket tiket bus KL Sentral - Genting Highland, bagi yang mencapai KL Sentral dengan naik MRT.
- Turun di stasiun KL Sentral, ikuti plang "keluar"
- Setelah mengembalikan "koin" MRT, ambil arah kiri. Lurus terus sampai ketemu eskalator
- Begitu sampai di atas, ambil arah kiri menuju loket Airasia. Berhenti di depan pintu masuk (± 1 meter) konter Airasia. Loket tiket berada di sisi kanan.
Untuk yang naik taksi/bus dan turun di depan pintu utama (tempat turun Aerobus), ambil arah kanan. Jalan menuju loket Airasia. Berhenti di depan pintu masuk (± 1 meter) konter Airasia. Loket tiket berada di sisi kanan.
Semoga perjalanan Anda menyenangkan..
-Ling-