Ketika setelah potong rambut sudah sejengkal, 20an cm, tetap ga keliatan beda.
a. Rambut kepanjangan
b. Salah mata
c. Salah tukang potong
d. Salah hati
-Ling-
Favorite Place. Favorite Man.
Kunjungan pertama ke negeri Singa. Bosan dengan Merlion, bergaya dengan latar landmark lainnya.
Ketika setelah potong rambut sudah sejengkal, 20an cm, tetap ga keliatan beda.
a. Rambut kepanjangan
b. Salah mata
c. Salah tukang potong
d. Salah hati
-Ling-
Spy. Soalnya almond cookiesnya nyamar pake chocochips. Hehehe.. Berikut ini adalah penampakan dari hasil percobaan pertama. Yah, kalo dari hitungan eksperimen cookies, percobaan kedua. Not bad kan? *muji sendiri.
Proses pembuatannya jauh banget dari kata susah dan ga makan waktu lama. Cocok banget untuk pemula yang mau nyoba bikin camilan homemade. Apalagi ga harus punya mixer. Cukup dengan spatula aja.
Resepnya hasil browsing kiri-kanan. Alhasil, gue lupa resep dari sumber mana yang dipraktekan *my bad.
Almond Cookies
Bahan:
125 gr mentega
55 gr gula halus
150 gr terigu protein rendah
30 gr almond yang sudah dihaluskan
Chocochips secukupnya
Cara:
Aduk mentega dan gula halus sampai tercampur rata.
Tambahkan terigu sedikit demi sedikit, sampai rata.
Masukan almond. Aduk rata.
Bentuk adonan lalu panggang dalam oven 180 º C yang sudah dipanaskan sebelumnya selama 10-15 menit.
Selamat mencoba! ^ ^
-Ling-
Choi Pan. Cemilan yang satu ini sudah tak asing bagi kalangan tertentu (baca: hakka). Dan sekarang juga sudah tak sulit menemukan makanan ini dipasaran. Apalagi di daerah Kerendang. Yah, kalo di mall mungkin masih jarang, masih pada tahap "tertentu".
Waktu pulkam alias pulang kampung libur lebaran lalu, gue diperkenalkan dengan "Choipan Sakkok" yang konon terkenal seantero Singkawang. Lokasinya tidak dipinggir jalan, jadi tidak akan tau kalo bukan ada yang mengarahkan. Apalagi kalo bukan orang lokal atau tidak pernah tau sebelumnya, rasanya sulit untuk bisa mencicipinya.
Nama Sakkok gue ambil dari nama daerahnya. Mungkin orang sana ada yang mengenal choipan tersebut dengan menyebut nama penjualnya, yang mana gue ga tau. Waktu itu lupa nanyain. Ckckck
Mantapnya dari kuliner yang satu ini adalah, choipan dibuat sesuai pesanan. Jadi, kudu pesan dulu sehari sebelumnya. Dan, yang bisa dinikmati adalah sejumlah yang kita pesan. Ga bisa nambah.
Tersedia dalam dua pilihan rasa, kucai atau bengkoang. Favorit gue, yang standar aja, bengkoang ^^ Ga ketinggalan es jeruk nipis yang segar. Tenang, kalo es jeruk ga perlu indent. Pastinya lagi, boleh nambah :P
Oh yah, jangan membayangkan tempat makan wah atau restoran besar. Tempatnya alami sekali. Pelanggan yang datang dipersilahkan untuk memilih tempat duduk diantara saung-saung yang ada. Bangunan utama merupakan dapur sekaligus tempat tinggal pemiliknya.
Jika berkesempatan mengunjungi Singkawang, wisata kuliner yang satu ini boleh dimasukan kedalam daftar. Begitu sampai daerah Sakkok yang ada rumah makan "Mie Sakkok" di deretan ruko, tanya. Mudah-mudahan dikasi tau :P
-Ling-
Setapak demi setapak
Kaki mulai melangkah
Di sana-sini tinggalkan jejak
Demi temukan sumber nafkah
Ini itu dicoba
Ganti satu ke dua
Masih belum juga?
Coba yang ketiga
Modalnya?
Usaha dan jangan menyerah
Mereka bisa
Kenapa tidak?
Dari satu pindah ke dua
Tak ada yang sia-sia
Apa?
Proses namanya
Dari dua ganti tiga
Pengalaman bertambah
Ilmu pun begitu juga
Tak ada yang percuma
Pelihara asa
Jaga mental
Bulatkan tekad
Siap sengsara di muka
Aku bisa!
Kamu bisa!!
Dia bisa!
Kita semua bisa!!
-Ling-
Semoga cepat kelar dan produksi bisa kembali berjalan normal.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
-Ling-
"Demi menjaga integritas layanan, mohon tidak memberikan tambahan uang apa pun kepada petugas kami". Kalimat penutup ini selalu menyertai salam dari petugas pelayanan pelanggan jika kita menghubungi 123.
Senang rasanya melihat kemajuan dari sisi pelayanan pelanggan yang satu ini. Sejak itu pula gue ga pernah memberikan tips kepada petugas yang datang ke rumah jika muncul tulisan "periksa" pada meteran listrik pra bayar.
Entah apakah ada yang senasib dengan gue. Niat untuk ikut menjaga integritas pelayanan yang disebut-sebut seakan diuji ketika respon tim teknisi makin hari terasa semakin lama tiba di rumah ketika dibutuhkan.
Pikiran jahat langsung muncul di benak. Sepertinya ada unsur kesengajaan. Ga ada tambahan, maka datangnya sengaja diperlambat. Semoga gue yang terlalu berprasangka..
Kebetulan meteran di rumah sering muncul "periksa" jadinya mau ga mau membutuhkan kunjungan berkala dari petugas teknis untuk melakukan "tempered" agar bisa kembali isi ulang token. Dari beberapa kali kejadian, jeda waktu yang dibutuh untuk menunggu makin hari makin lama.
Terakhir bahkan sampai listrik akhirnya mati. Dihubungi dari jam delapan pagi, masalah baru beres tengah malam sekitar jam duabelasan. Itu pun terakhirnya dipandu melalui telpon. Tak ada petugas yang datang.
Alasan pertama karena pihak teknisi mendatangi alamat yang salah. Tapi setelah sekian kali menghubungi 123 kembali, respon tetap lambat dan "mohon ditunggu".
Yang paling menyebalkan adalah.. Kenapa juga harus membuat pelanggan menunggu belasan jam jika solusi bisa diterapkan tanpa harus melakukan kunjungan. Bukannya lebih hemat waktu dan hemat biaya?
Yah, semoga ini hanya karena karma gue aja. Yang mana artinya proses perubahan yang diharapkan sudah sukses dan berjalan dengan baik dan benar. Jadi, jika meteran gue nanti bermasalah lagi, respon petugas yang gue terima adalah yang sewajarnya *ga minta layanan khusus kog ^^*
-Ling-
14 Februari 2013.
Iseng-iseng malam, buka facebook dari hape. Eh ngeliat ada postingan "happy valentine's day". Di sebelah si Kamu lagi nonton pake laptop. Baru inget belum ngucapin dan dapat ucapan dari si Kamu.
Ling: Sekarang hari apa?
Kamu: Kamis.
Ling: ...
Happy Valentine's!
-Ling-