Si Kamu yang udah lama ga kebagian jalan-jalan kali ini mendapat tugas mudik tahunan, jalan-jalan sekaligus Sembayang Kubur.
Sembayang Kubur atau yang dikenal dengan Kaci dalam bahasa Khek dilakukan setahun dua kali. Begitu memasuki "waktunya", disediakan rentang 15 hari untuk melakukan Kaci. Benar-benar bebas memilih dari 15 hari tersebut sesuai waktu yang memungkinkan dan diinginkan. Ehm, bebas memilih yang biasanya masih dibatasi oleh opsi "hari baik".
Kaci pertama disebut juga "Chin Min". Biasanya jatuh sekitar bulan tiga lunar, tapi bisa juga bergeser lebih cepet atau mundur. Tahun 2015 ini "Chin Min" maju jadi sekitar awal bulan dua lunar. Pada saat "Chin Min" keluarga diperkenankan untuk "So Mu" atau bersih-bersih dan merapikan kuburan.
Empat bulan setelah "Chin Min", adalah Kaci yang kedua. Jika "Chin Min" bisa bergeser harinya, maka yang kedua ini sudah ditetapkan rentang waktunya. Masa Kaci dimulai pada tanggal satu bulan tujuh lunar dan berakhir pada tanggal 15. Di mana pada tanggal 15 ini akan diadakan "Shi Ku", sembayang untuk para arwah yang tidak memiliki sanak-keluarga.
Persiapan untuk kedua Kaci pada dasarnya sama. Bahkan bisa dibilang sama saja. Buah-buahan, kue-kue, dan "lauk-pauk" yang dipersiapkan ga ada bedanya. Untuk kue atau lauk yang disiapkan tidak boleh yang diolah dengan cara digoreng. Paling hanya direbus atau dikukus saja. Bahkan lauk seperti ayam, daging, usus, tahu, telor, juhi, dll hanya direbus tanpa tambahan bumbu.
Pernah saya bertanya pada Paman mengenai apa saja yang harus dipersiapkan untuk Kaci, jawabannya sungguh-sungguh diplomatis. Tidak ada batas minimal atau pun maksimal untuk masing-masing jenis. Bagi yang mampu tentu yang dipersiapkan tak terbatas. Sedangkan standar minimumnya adalah pasang hio.
Kaci biasanya dilaksanakan pada pagi hari. Tapi di wilayah tertentu ada yang memilih sore hari, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Singkawang.
Oh yah, pada masa Kaci disebutkan bahwa gerbang antara alam manusia dan para arwah atau hantu dibuka. Oleh karenanya bagi yang percaya tidak akan mau menggelar pernikahan pada masa Kaci.
Masing-masing suku dan daerah mempunyai kebiasaan, nama dan cara yang berbeda dalam melaksanakan Kaci. Yang diceritakan di atas adalah versi Khek dari Kalimantan Barat.
Banyak yang memaknai Kaci sebagai menyembah selain Tuhan karena dalam bahasa Indonesia ritual ini disebut sembayang kubur, menyembah kubur. Buat gue pribadi ini hanyalah permainan kata, Kaci ga beda dengan ziarah. Di mana anak atau cucu mendatangi makam orangtua atau leluhur. Meneruskan tradisi, bakti juga mengenang yang telah tiada. Karena padanan kata yang terlanjur dipilih adalah sembayang jadinya rempong deh. Ini opini pribadi lho..
Demikian sekilas tentang Kaci yang gue pahami. Sebagai catatan untuk sendiri.
-Ling-