Gue selalu suka Burger Abang yang jualan keliling dengan sepeda itu. Beda aja gitu sama punya Burger King atau McD.
Sejak masuk bulan Ramadhan, begitu ujung jalan yang satu ditutup untuk Tarawih warga, maka akan mangkal tukang makanan. Salah satunya yang jualan burger. So happy about that.
Pelaku pertama adalah si Kamu yang suatu malam pulang-pulang bawain burger. Sejak itu selama semingguan hampir tiap malam jajan burger si abang ini. Tapi, lama-lama kog jadi ngeri sendiri yah liat warna ham-nya yang merah merona.
Prinsip (baca: pembenaran) gue akan makanan jalanan adalah, sesekali tak masalah. Dan, kalo uda semingguan itu udah ga sesekali lagi ceritanya. Apalagi mengingat untuk satu burger tanpa keju itu Rp. 6000 saja. Tambah selembar keju singles jadi Rp. 9000. Jadi kepikiran deh untuk bikin sendiri di rumah meski nantinya harus mengeluarkan uang lebih.
Begitu bikin di rumah, eh ada yang ketagihan. Pulang-pulang bawain lagi roti bulat buat burger. Kali ini beserta ham, keju singles dan ketimun. Padahal, waktu pertama minta beliin roti bulat itu alasannya banyak. Ckckckck
Meski bukan termasuk makanan sehat, setidaknya dengan mengeluarkan tenaga dan waktu lebih, bisa mendapatkan jajanan favorit yang lebih sehat dari yang dijajakan si Abang. Menyuapkan rotinya dan keju ke mulut si Onga pun lebih tenang.
-Ling-